Sumber: stock.adobe.com
Hubungan keluarga yang sehat, harmonis, dan penuh kasih sayang bergantung pada cara orang tua dan anak berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi yang baik akan membantu anak merasa dihargai, didengarkan, dan dipahami, sehingga mereka menjadi lebih percaya diri dan terbuka. Sebaliknya, komunikasi yang buruk dapat menyebabkan konflik, jarak emosional, dan bahkan perilaku negatif.
Islam sangat menekankan pentingnya berbicara dengan lembut dan baik, terutama dalam keluarga. Allah berfirman:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ
Artinya: “Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.” (Qs. Al-Isra:24)
Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya komunikasi yang penuh kasih antara anak dan orang tua dan sebaliknya. Orang tua yang baik akan membentuk karakter anak yang penuh kasih sayang dan hormat.
Membangun komunikasi yang efektif tidak sekadar berbicara, hal itu juga mencakup menyampaikan pesan dengan benar dan mendengarkan dengan empati.
- Dengarkan dengan Penuh Perhatian
Menjadi pendengar yang baik adalah bagian penting dari komunikasi efektif. Orang tua harus menghentikan aktivitas mereka dan memberikan perhatian penuh saat anak mereka berbicara. Ekspresi wajah yang ramah, bahasa tubuh yang terbuka, dan kontak mata menunjukkan bahwa orang tua hadir dan peduli.
“Mendengarkan adalah bentuk perhatian yang paling sederhana, namun sangat bermakna.”
Anak akan lebih nyaman untuk berbicara tentang hal-hal yang sensitif jika mereka merasa didengarkan.
- Gunakan Bahasa yang Positif dan Sederhana
Anak-anak, terutama yang masih kecil, belum mampu memahami nada bicara yang tinggi atau bahasa yang kompleks. Gunakanlah kalimat yang sederhana dan nada yang lembut. Jangan gunakan sindiran, bentakan, atau kata-kata kasar untuk membuat anak takut atau merasa tidak dihargai.
Kalimat positif seperti, “Ibu senang kamu mencoba menyelesaikan PR sendiri,” lebih efektif dibandingkan, “Kenapa sih kamu lama banget ngerjainnya?”
- Validasi Perasaan Anak
Setiap perasaan yang dimiliki oleh anak, apakah itu sedih, marah, takut, atau senang, adalah valid. Orang tua harus mengakui perasaan anak-anak mereka, bukan mengabaikannya. Misalnya, jika anak Anda kecewa karena tidak bisa pergi bermain, jangan langsung menyuruhnya berhenti. Sebaliknya, katakan kepadanya, “Ibu tahu kamu kecewa, itu wajar kok.”Ayo kita cari aktivitas seru di rumah.”
Anak akan memperkuat kepercayaanya pada orang tua mereka jika validitas membuat mereka merasa dimengerti.
- Hindari Menghakimi dan Terlalu Banyak Mengkritik
Anak-anak memerlukan waktu dan kesempatan untuk belajar dari kesalahan mereka. Jika mereka melakukan kesalahan, fokuslah pada solusi, bukan pada penyebabnya. Kritik yang membangun bekerja lebih baik daripada kritik yang menyalahkan.
Sebagai contoh, cobalah mengatakan, “Yuk, kita lihat bagaimana supaya buku kamu tetap awet, ya” daripada mengatakan, “Kamu ceroboh banget sih, makanya bukunya rusak!”
- Sediakan Waktu Berkualitas untuk Bicara
Sangat penting bagi orang tua untuk meluangkan waktu untuk berbicara dengan anak mereka pada waktu tertentu, seperti saat makan malam, sebelum tidur, atau di akhir pekan, meskipun mereka sibuk. Momen-momen ini dapat digunakan untuk bercerita satu sama lain, berbicara, atau hanya bercanda. Hubungan yang kuat dibangun dari kehadiran yang konsisten, bukan hanya sekadar nasihat.
- Beri Teladan dalam Berkomunikasi
Anak belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar. Jika orang tua mereka sering berbicara dengan lembut, terbuka, dan jujur, anak-anak juga akan meniru cara mereka berbicara. Jika sebaliknya, jika mereka sering melihat pertengkaran atau komunikasi kasar di rumah, itu juga akan membentuk pola komunikasi mereka ke depannya.
Kesimpulan
Orang tua dan anak dapat berkomunikasi dengan baik bukan hanya dengan keterampilan, tetapi juga dengan cara kasih sayang yang ditunjukkan setiap hari. Dengan mendengarkan secara aktif, berbicara dengan positif, dan membangun kedekatan emosional, orang tua dapat menciptakan lingkungan keluarga yang penuh pengertian dan cinta. Hubungan yang sehat ini akan membentuk kepribadian yang kuat dan membantu anak menghadapi dunia.
Penulis: Silmi Fitriani