Aqiqah Madenah – Jika diihat dari segi hukum, aqiqah memang merupakan tanggung jawab dari orangtua yang memberi nafkah kepada sang buah hati. Bisa kakek, orangtua kandung ataupun orangtua angkat.

Hal tersebut didasari dari pendapat Syafiiyah. Dan tahukah Ayah dan Bunda? Bahwa aqiqah sendiri meupakan salah satu ibadah maliyah. Aqiqah disamakan seperti qurban atau sedekah dan lain yang berkaitan dengan pemotongan hewan sembelih.

Sementara itu, ibadah maliyah boleh dikerjakan oleh orang lain, setelah mendapat izin dari yang bersangkutan dengan anak tersebut, seperti ayah kandungnya.

Dari Samurah bin Judub Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad SAW bersabda:

كُلُّ غُلَامٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ : تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ

Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, yang disembelih sebagai aqiqah untuknya di hari ketujuh… (HR. Abu Daud 2838, Turmudzi 1522 dan dishahihkan al-Albani).

Menafsirkan sabda Rasulullah SAW diatas, Syaikh Dr. Muhammad Ali Ferkus menyimpulkan bahwa kalimat [تُذْبَحُ عَنْهُ] “yang disembelih sebagai aqiqah untuknya” menunjuk kepada kerabat dekat, selain kedua orang tua, boleh menjadi pelaksana aqiqah, termasuk orang lain.

Seperti Nabi Muhammad SAW yang mengaqiqahi Hasan dan Husain dimana Rasulullah SAW adalah kakek dari Hasan dan Husain. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga dinilai paling berhak terhadap semua kaum muslimin.

Oleh karena itu Beliau berhak mengaqiqahi siapapun, termasuk cucunya. Seperti firman Allah SWT dalam Quran surah Al – Ahzab ayat 6 yang berbunyi:

النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ

Nabi itu paling berhak terhadap kaum mukminin… (QS. Al-Ahzab: 6).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa orangtua angkat boleh mengaqiqahi anak angkatnya atas izin dari orang tua kandungnya.

Syaikh Dr. Muhammad Ali Ferkus mengatakan:

الصحيح أنَّه تجوز النيابةُ في العبادات المالية بعد إِذْنِ المولودِ له «الأب» إِنْ كان حيًّا

Yang benar, boleh mewakilkan ke orang lain untuk ibadah maliyah, setelah dia mendapatkan izin dari ayahnya, jika ayahnya masih hidup.

Pernah disampaikan juga fatwa Syabakah Islamiyah, terkait mengaqiqahi anak orang lain yang sudah menjadi anak angkat.

Syabakah Islamiyah mengatakan:

فلا حرج عليك ولا عليه في أن تسامحه بهذا المبلغ ما دام أنك عققت عن ولده بإذنه، فهو بمثابة دين أسقطته عنه، وإنما الخلاف في إجزاء العقيقة عن الغير بغير إذن من تلزمه نفقته

Tidak masalah bagi anda maupun bagi ayahnya, ketika anda menyediakan dana ini untuk aqiqah, selama pada waktu anda meng-aqiqahi anaknya, ada izin dari ortunya. Ini seperti utang yang digugurkan orang lain atas namanya.

Hanya saja, ada perbedaan pendapat mengenai keabsahan aqiqah untuk anak orang lain tanpa ada izin dari orang yang menanggung nafkah anak itu (ayahnya).

Demikian kesimpulan dari hukum aqiqah untuk anak angkat dan dalilnya untuk menambah ilmu agama kita tentang hukum aqiqah. Semoga dapat dipahami ya, Ayah dan Bunda!

Sumber gambar: iqra.id

Penulis: Aisyah

Kategori: Blog